Baik Tak Selalu Baik

19.37

Niat baik tak selalu berakhir baik

Pagi itu hari Selasa, 11 Maret 2014. Hari supersemar kan yaa? Hari dimana diturunkannya surat perintah yang ditandangani oleh Presiden Soekarno kala itu, tanggal 11 Maret 1966 *sambil buka wikipedia* :))

Tapi bukan mau ngomongin tentang Supersemar sih. Hohohoo.. saya bukan ahli sejarah :D

Pagi itu sekitar pukul 08.15 aku sedang ngobrol-ngobrol ringan dengan adik lanangku via messenger. Sampai kemudian dia tiba-tiba bertanya, apa aku sudah dengar kabar dari bapak di rumah. Dengan santai aku bilang enggak. Tak lama kemudian, hapeku berdering. Panggilan masuk dari salah satu sepupuku. Wiih... berasa tumben aja gitu ditelpon pagi-pagi. Biasanya ngobrol-ngobrol juga via messenger bukan telpon. Dari sepupuku ini kemudian aku dengar kabar kurang enak tentang keadaan keluarga di kampung.

Maka hari itu juga aku memutuskan segera terbang ke Surabaya, pulang ke Gresik. Menghubungi agen travel langganan minta dicarikan tiket. Dan setelah mempertimbangkan ini itu, akhirnya aku putuskan untuk ambil penerbangan menggunakan citilink di sore harinya.

melalui terminal 1C

Yang Terjadi Adalah....

Rumah di Gresik dimasuki oleh seseorang yang berniat berbuat tak baik. Mencuri. Maling.
Subuh hari, Bapakku sholat berjamaah di Masjid, seperti biasa. Karena aku dan 2 orang adikku lainnya merantau dan tidak tinggal di rumah hari itu, maka hanya ada ibu dan adikku yang paling kecil di rumah. Adik cilikku masih kelas 5 SD.

Ibu dan adikku (si cilik) sholat subuh di kamar musholla di rumah. Tiba-tiba terdengar suara 'glodak-glodak'. Awalnya adikku pikir, itu suara ayah yang baru pulang dari Masjid. Namun ibu menyangkal dengan alasan tidak mungkin ayah masuk rumah tanpa mengucapkan salam. Kemudian ibu dan adikku mengabaikan suara tersebut.

Tak lama kemudian, terdengar lagi suara glodak-glodak. Si cilik penasaran dan berniat menengok ke kamar yang ditempatinya bersama kedua orang tuaku. Niatnya sih mau ngecek, apa bapak udah pulang atau belum.

Setelah nyalain lampu dan ngeliat gaada bapak di kamar, si cilik berniat balik ke musholla. Saat itulah kemudian masuk seseorang dengan menggunakan masker ke kamar bapakku. Sebelum masuk ke kamar bapak, dia 'glodakan' di kamarku yang tepat berada di depan kamar bapak. Kaget dan shock liat orang asing di dalam rumah (apalagi orang itu sambil bawa-bawa palu), adik cilikku pun teriak. Mungkin karena si maling ini takut teriakan adikku kedenger tetangga atau orang lain, pipi adik di tonjok. Secara reflek, adikku berusaha melindungi wajah dan kepalanya dengan menunduk. Tak taunya ternyata malah bahu dan punggung adikku jadi sasaran. Astagaa... liat bekas pukulannya di badan adikku, aku kayak mau ngamuk rasanya. Gilaaa! Memar, bengkak, luka gak karuan gitu. Orang tuaku yang ngebesarin adikku aja gak pernah mukul sampe kayak gitu!!! >__<

Begitu mendengar teriakan adik, ibu berlari ke kamar dan disambut oleh si maling yang mengacung-acungkan palu yang dibawa sambil melarang ibu berteriak. Mencoba tenang, ibu bilang tidak akan teriak dan bertanya dengan baik-baik tujuan si maling tersebut. Dengan baik pula orang tersebut bilang ke ibu, bahwa dia minta uang. Dia hanya bilang minta uang, tanpa menyebutkan jumlah nominal yang diinginkan.

Masih berusaha menghadapi setenang mungkin, ibu mengambilkan uang di dalam dompetnya untuk diberikan ke orang tersebut. Awalnya tidak ada tanda kekerasan dari maling ini. I mean, dia gak ngebentak ibu ku sama sekali loh. Bahkan sewaktu ibu ngambil uang dari dompetnya, orang itu tidak berusaha merampas dompet ibu. Dia diam saja membiarkan ibu mengambil, membuka dompetnya dan memberikan uang tersebut ke dia. Tanpa minta uang lagi karena dianggap jumlahnya tidak banyak.

Seharusnya setelah menerima uang tersebut (yaah... meski memang jumlahnya gak seberapa banyak), si maling ini langsung lari saja atau mengambil satu dua barang yang bisa dia bawa kabur secepatnya. Tak jauh dari tempat dia berdiri, ada beberapa buah HP milik bapak yang digeletakkan begitu saja diatas TV. Bawa kabur hape-hape itu bisa dikantongin dengan mudah kan? Dijual juga lumayan jadi duit.

Bodohnya, si maling ini malah nonjok perut ibuku hingga jatuh tersungkur dan kemudian beberapa kali memukul kepala ibu dengan palu yang dia bawa. Mungkin dia berusaha mencari cara agar ibu tidak teriak meminta bantuan? Atau dia berusaha membunuh ibu (syukur dengan teramat sangat, Tuhan masih memberi ibu umur) untuk menghilangkan jejak? Karena meski orang tersebut menggunakan masker menutupi sebagian wajahnya, nyatanya ibu tetap dapat mengenali orang ini. Dan sepertinya dia sadar hal itu.

Setelah dipukul seperti itu, mungkin ibu sempat tak sadar selama beberapa detik. Karena begitu ibu bangun dan berusaha mencari tahu keberadaan si maling, ibu sudah tak menemukannya. Dengan panik ibu menelusuri kamarku, karena mengira maling tadi masuk ke rumah melalui jendela kamarku. Namun hasilnya nihil.

Entah dapat kekuatan dari mana, nyatanya dalam kondisi seperti itu ibu masih bisa mondar-mandir di dalam rumah. Yang ada dalam pikirannya saat itu adalah mencegah bapakku masuk rumah agar jika si pelaku masih didalam rumah dan belum keluar, bapak tidak dilukai oleh pelaku tersebut.

Namun kenyataan berbicara lain. Ketika bapak membuka pagar rumah, bapak sudah bertemu dengan pelaku tersebut terlebih dahulu. Oleh pelaku yang tidak tahu terima kasih tersebut, bapakku didorong hingga terjatuh. Kemudian entah lutut bapakku diinjak atau ditendang, siang harinya setelah itu, bapak merasakan kakinya tidak bisa digerakkan sama sekali hingga harus dibawa ke sangkal putung (atau dukun pijat atau entah apalah namanya) untuk mengobati kakinya.

Dari bapak aku tahu bahwa sehari sebelumnya (pada hari senin siang), bapak sempat bertemu dengan maling ini untuk urusan bisnis. Lelaki ini biasa menaruh stock barangnya di tempat usaha bapak untuk dijual. Begitupun hari itu.
Pada hari itu sebenarnya bapak tidak berniat menambah stock barangnya di toko. Karena barang yang sebelumnya masih belum terjual habis dan demi menjaga kualitas barang tetap bagus saat dijual, bapak tidak bisa menyimpan barang tersebut terlalu banyak di dalam toko.
Namun karena kasihan, bapak kemudian menolong dan membiarkan orang itu untuk mengisi stock barang bapak di gudang. Meski bapak tak bisa mengambil banyak barang.

Saat mengetahui kenyataan ini, rasanya aku ingin sekali bertemu dengan maling brengsek tersebut. Tentu saja aku ingin memaki dan menghajarnya karena telah menyakiti keluargaku hingga seperti itu! Rasanya murka sekali aku! Tapi dengan santainya bapak bilang, "Sudahlah! Kalau kamu menghajarnya trus apa bedanya kamu sama dia?". Astagaa... bapak! Bagaimana kamu bisa sesabar ituuu??? >_<

Dalam sehari-hari, ibu dan bapakku sudah beberapa kali berhubungan dengan orang ini untuk urusan bisnis. Bahkan menurut kedua orang tuaku, si maling ini sebenarnya sosok yang baik, ramah dan santun. Tak disangka jika kemudian dia berbuat jahat seperti ini. Mungkin karena terdesak sesuatu? Entahlah :(

Terus sudah ditangkap polisi?

Tidak. Kedua orang tuaku memutuskan untuk tidak melaporkan hal ini ke pihak berwajib. Yahh... meski pada akhirnya tetap saja polisi mengetahui tentang kejadian ini dan meminta bapak melapor, bapak tetap tidak mau.

Alasannya?

  1. Menurut bapakku, si pelaku ini kepala keluarga. Dia punya keluarga yang harus dibiayain hidupnya. Entah itu istri atau anak. Jika orang ini masuk penjara, lalu bagaimana nasib keluarganya? *tepok jidat*
  2. Bapak tidak mengerti banyak tentang hukum. Tapi dengan laporan yang hanya kehilangan (bukan kehilangan juga sih, karena ibu sendiri yang memberikan uang tersebut dengan sadar) uang yang tidak seberapa dan kekerasan seperti ini, berapa lama sih orang ini akan dihukum masuk penjara? Bagaimana kalau dia keluar penjara dan malah dendam ke keluarga? Dilihat tidak sedikit orang yang keluar penjara dan bukannya berubah menjadi lebih baik :(
  3. Keluarga ku itu termasuk orang-orang yang takut jika berhubungan dengan polisi. Apalagi nenekku. Sepertinya mengingat image polisi pada jaman dulu yang begitu dianggap menyeramkan dan menakutkan dan hal itu masih melekat di mata mereka hingga sekarang. Jadi sebisa mungkin jauh-jauh deh berurusan sama polisi. Wong kemarin setelah kejadian ini polisi datang ke rumah untuk tanya-tanya tentang kronologis kejadian saja, nenekku sudah gemeteran gak karuan kok.
Untuk beberapa hal, aku pribadi tidak begitu setuju dengan keputusan bapak untuk tidak lapor polisi. Tapi aku tak bisa memaksa bapak untuk melapor dan malah membuat hidup keluargaku jadi gak tenang :(((

Syukur teramat sangat (dan takjub) juga, karena adik cilikku bisa dengan tabah dan tegarnya menghadapi kondisi seperti itu. Dia tidak menangis sama sekali meski ketakutan dan kesakitan. Bahkan melihat kondisi ibu yang kepalanya berdarah, adik cilikku bisa mengambilkan air minum untuk ibu, menelpon sodara untuk mencari pertolongan dan membantu bapak untuk membawa ibu ke Rumah Sakit. Bayangin jika aku yang berada di rumah saat kejadian, ngelihat darah kececeran dimana-mana, mungkin aku sudah pingsan sendiri. Malah bikin repot. Wong kemarin pas bantu ngeramasin ibu aja udah girap-girap sendiri kok. Padahal bekas darahnya udah mengering (T_T)

Baru kemudian setelah beberapa saat di RS nungguin ibu masuk UGD, adikku kemudian muntah-muntah yang bercampur darah, setelah mengeluhkan sakit kepala, pusing. Entah darah tersebut dari gusinya yang luka atau bagaimana. Tapi setelah itu adikku jadi dirawat dan diinfus oleh dokter. Hikss... *peluk adik* 

Yang bisa dipetik dari kejadian ini cuma agar lebih berhati-hati lagi aja sih. Tak selamanya orang yang terlihat baik itu tidak bisa berbuat jahat. Tak selamanya niat baik itu berbuah baik. Dan peringatan paling penting untukku, lebih memperhatikan keluarga!

You Might Also Like

2 comments

  1. Mbak Riaaaa..
    ikutan sedih T_T
    semoga mbak dan keluarga baik-baik saja dan mendapat pahala besar atas keikhlasannya. Hmmm... rejeki sudah ada yang ngatur, pasti besok-besok dapet ganti yang lebih dari yang sudah dikeluarkan. Amiinn.
    dan semoga kejadian ini ga terluang lagi. semangat!!
    -Aria-

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin amin amin...
      tetap semangat kok! makasih yaa ^^
      Mudah-mudahan bisa buat pelajaran buat yang lain juga biar lebih hati-hati

      Hapus