Surat Untuk Ibu...

12.23

Dear Ibuku yang paling cantik,

Sedang apa, bu?
Ibu, tahukah semalam ayah menelpon dengan suara bergetar, mengatakan bahwa hasil CT Scan ibu menunjukkan ada pendarahan di otak ibu?
Ini pertama kalinya Ria mendengar suara ayah yang bergetar seperti itu. Ria menebak ayah tengah berusaha menahan tangisnya saat itu. Karena ayah yang kita tahu bukanlah sosok yang akan menunjukkan sisi lemahnya dihadapan istri dan anak-anaknya. Benarkan, bu?
Harusnya saat itu juga Ria mencari penerbangan malam untuk pulang... 

Ibuku yang baik,
Saat ini ibu sedang apa? Tidur dan bermimpi indah?
Bangunlah, bu! Kita ber-sms ria seperti biasanya dengan saling meledek. Lagipula sudah beberapa hari sejak kejadian 11 Maret kemarin ibu tak lagi pernah mengirim sms untukku, bahkan untuk sekedar menanyakan kabarku atau apa yang sedang aku lakukan.
Sebegitu indahnyakah mimpi ibu hingga tidur begitu lelap?
Sungguh ibu curang sekali kali ini!
Ibu tidur begitu lelap di ruang ICU sana, sedang ayah semalaman berjaga sendirian didepan kamar ibu. Ria yakin ayah bahkan tidak bisa tidur karena menghawatirkan keadaan ibu di dalam sana. Hal yang sama, Ria juga tidak bisa tidur lelap. Sebentar-sebentar terjaga dan menengok handphone, barangkali ada telpon atau pesan ayah yang terlewat saat Ria tertidur.

Ibuku tersayang,
tidakkah ibu ingin mendengar banyak cerita yang terjadi selama Ria diperantauan sini?
Bukankah ibu penasaran apa Ria sudah punya pacar atau masih single? Aahh... tapi seperti yang selalu Ria katakan pada Ibu, sampai saat ini Ria belum bertemu dengan sang pujaan hati. Ibu ingin melihat Ria segera menikah? Maka bangunlah, bu! Tak apa jika kemudian ibu ingin menikahkanku dengan Pria pilihan ayah dan ibu. Ria percaya, toh ibu dan ayah tidak akan sembarangan menjodohkan Ria dengan lelaki tanpa memandang bibit-bebet-bobotnya.
Seperti yang seringkali ibu bilang, mencari suami bukan hanya melihat tampan atau kayanya. Benarkan, bu?
Ibu ingin Ria menikah dengan lelaki yang berilmu dan agamanya baik?
Bangunlah, bu! Dampingi Ria menemukan Pria tersebut.
Ibu tidak akan meninggalkan Ria sebelum melihat Ria dan juga adik-adik berkeluarga kan?
Ibuku yang cantik dan Ria yang jelek. Begitukan yang sering ibu bilang? Sungguh Ria tak apa tidak memiliki kecantikan seperti ibu. Ria tak bersedih karena punya kulit yang lebih hitam dari ibu. Ria tak apa bu, jika ibu menonton televisi dan kemudian membanding-bandingkan Ria dengan artis-artis di TV yang cantik atau bahkan yang gendut. Ria menikmati quality time yang seperti itu bersama ibu.

Ibu...
Maafkan Ria karena tidak bisa segera terbang dan berada didekat ibu saat ini. Maafkan Ria karena malah duduk dan menulis surat ini di salah satu pojok tempat duduk junkfood bandara yang menyajikan ayam goreng. Upss, ibu tidak suka ya jika Ria makan junkfood atau fastfood?
Tapi Ria lapar bu. Jika tidak makan sekarang, Ria takut tak punya tenaga untuk pulang dan memeluk ibu. Bukankah tidak lucu jika Ria pingsan karena kelaparan?
Ibu yang perhatian meski kadang tak pengertian,
tidak ingat kah bu pesan Ibu sebelum Ria kembali ke perantauan beberapa hari yang lalu?
Saat itu ibu bilang, "Hati-hati diperantauan. Kalau mencari pendamping hidup jangan hanya karena tampan dan kekayaan. Jika pulang lagi ke rumah, mudah-mudahan bukan karena hal buruk yang terjadi lagi seperti sekarang.."
Lalu yang sekarang ini apa, Bu?
Kenapa bahkan Ria harus pulang disaat ibu ada di ICU dan harus dioperasi karena pendarahan di 1/4 otak ibu? Kenapa bukan Ria pulang karena hal lain yang lebih menggembirakan?

Ibu, bangunlah! Ria mohon!
Kembalilah sehat seperti kemarin-kemarin. Kembalilah jadi ibu yang bawel dan marah jika Ria atau adik-adik bandel. Pulihlah, Bu!
Apa ibu tidak ingin mendoakan Kiki yang tengah mempersiapkan diri untuk UN dan masuk PTN?
Apa ibu tidak ingin mendoakan Uti yang gemar diikutkan olimpiade mewakili sekolahnya agar menjadi juara tingkat Nasional atau Internasional?
Apa ibu tidak ingin mendoakan Yayan agar segera menyelesaikan kuliahnya dan bekerja dengan baik dan halal?
Apa ibu tak lagi ingin melihatku sekolah pasca sarjana seperti yang selalu ibu katakan?

Ibu...
Maafkan Ria karena belum bisa meninggalkan tanah rantau dan menemani ibu setiap hari di rumah.
Maafkan Ria karena meninggalkan ibu dan ayah di rumah jauh dari anak-anak kalian. Maafkan Ria Ibu...
Beri Ria waktu sedikit lagi...
Beri Ria waktu, ibu...
Nanti akan segera tiba masanya untuk Ria kembali ke kampung halaman dan menghabiskan waktu setiap hari dengan Ibu dan Ayah hingga mungkin Ibu dan Ayah bosan melihat wajah Ria..

Tunggulah bu...
Selalu doakan Ria..
Seperti saat ini Ria menunggu dan mendoakan Ibu agar segera bangun dan pulih kembali.
Setelah ibu pulih kita pergi ke salon bersama-sama ya, Bu!

You Might Also Like

8 comments

  1. Semoga tante cepet sembuh yah niy.. biasa nya yang namanya "ibu" itu kuat nya berkali kali lipat dari yang terlihat ^^ ada hidden power yang ga bisa diketahui orang lain..
    *duh nangis bombay bacanya* yang pasti banyak berdoa aja yah, aku juga cuma bisa bantu doa aja dari sini. semoga terkabul.. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin amin...
      makasih banget doa dan supportnya mbak ayu *hug*

      Hapus
  2. Semoga ibunya mbak ria lekas diberi kesembuhan amiiin :'))

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin..
      makasih banyak kenny. aku tersanjung blogku dikunjungi kenny :)

      Hapus
  3. Semoga Ibunya cepet sembuh ya, Mbak... Saya nggak tau harus bilang apa lagi, Saya nangis bacanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak pritha...
      makasih banyak doanya :)

      sampai bikin nangis yaa? hihihii... padahal waktu itu asal nulis aja di bandara pake hengpong :D

      Hapus
  4. How is your mom? Udah sembuh kan??

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang sudah sembuh bang. sudah bisa ngebawelin aku lagi :))

      Hapus