Sosialisasi 4 Pilar MPR RI: Diskusi Asik Zaman Now

16.05

Dulu pernah, daku diledekin habis-habisan sampai rasanya pengen nangis. Alasannya sepele. Cuma karena aku punya  selera musik yang berbeda. Aku sukanya dengerin lagu-lagu k-pop, sedangkan mereka nggak. Penting banget kan masalah beginian doang sampe bikin orang pengen nangis?

Karena waktu itu aku wanita yang lemah emosiku masih labil, diledekin kayak gitu doang aku rasanya udah KZL nggak karuan. Apalagi yang ngeledekin rame-rame, bukan cuma satu-dua orang. Jadi kesannya kayak aku nih sudah ngelakuin dosa besar yang mencoreng nama baik, harga diri serta harkat martabat manusia gitu. Tapi untungnya karena daku baik hati, jadi aku nggak dendam sama mereka. Coba kalo aku dendam, terus menuntut balas dengan bantuan mak lampir? Wah... bisa merusak perdamaian kan? Apalagi kalau sampai negara api menyerang. Yha.

Aku membatin, apa memang sudah nggak ada lagi ya arti menghargai perbedaan? Sampai urusan kayak gini aja dijadikan persoalan?


Sabtu (04 November 2017) kemarin, aku termasuk beruntung dapat kesempatan hadir di acara Sosialisasi 4 Pilar MPR. Di antara banyaknya netizen Surabaya, para blogger serta vlogger-vlogger kece, orang-orang keren yang bahkan sudah diundang Google untuk ke Negerinya Paman Sam sana, aku diberi kesempatan menyusup belajar bareng sama mereka.

1. Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara.
2. UUD NRI tahun 1945 sebagai konstirusi Negara.
3. NKRI sebagai bentuk Negara.
4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara.

Yang sulit dari mempelajari 4 Pilar tersebut adalah bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana memberi contoh dan mengajak orang lain untuk ikut menerapkannya.

Tapi hasil berdiskusi dengan Bapak Ma'ruf Cahyono (Sekjen MPR RI) dan Bapak Andrianto (Kepala Bagian Pengolahan Data dan Informasi Sekjen MPR RI) di Hotel Fairfield ini, aku jadi sedikit paham bahwa masing-masing pilar itu punya tujuan mulia. Di antaranya untuk merawat Indonesia tetap sejahtera, untuk merawat masyarakatnya selalu damai, untuk merawat ketentraman bersama.

Yang tak kalah penting adalah bagaimana bisa berguna untuk negara tercinta ini. Bukan tentang apa yang sudah negara ini berikan ke kita, tapi apa yang sudah kita berikan untuk negara. Menerapkan gaya hidup yang merupakan cerminan dari cinta tanah air itu kekinian kok. Jadi biar nggak cuma mencintai mantan yang udah nikah aja. Duh. Itu sih nggak ketjeh.


Dalam kasus sederhana yang aku ceritakan tadi, berdasarkan pengalaman pribadi, terkadang aku ragu konsep pilar ke-4, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara, dapat diterapkan dengan baik. Sebenarnya bukan soal lagu apa yang aku suka atau lagu apa yang jarang aku dengar. Bukan berarti juga aku suka dengar lagu k-pop kemudian nggak suka dengar lagu dangdut. Bukan! Tapi yang bikin aku jengkel itu lebih ke sisi, kenapa tidak bisa saling menghargai apapun yang disukai orang lain sih? Kenapa harus mendikte orang lain agar sama dengan kita? Bukannya toh perbedaan dan keragaman itu yang bikin indah? Semboyan negara ini kan Bhinneka Tunggal Ika, bukan Bhinneka lantas diledek ramai-ramai kan?

Itu baru 1 pilar. Belum 3 pilar lainnya...

Hmm... hayuklah saling ngaca dan intropeksi diri aja. Aku juga perlu banyak belajar dan diingatkan kalau salah.



MPR menyadari penerapan 4 pilar ini penting bagi semua masyarakat Indonesia, bukan cuma aparatur negara saja. Makanya mereka tak segan-segan mengajak kita untuk ikut andil. Nah, sekarang kita sendiri nih sebagai generasi zaman now, sudah coba mengaplikasikan 4 pilar MPR ini belum?

Kalau bukan kita, siapa lagi?



Kalau kata Mas Dito....


You Might Also Like

1 comments

  1. Mumpung masih muda memang sebaiknya memikirkan hal2 yang positif dan berkarya ya mbak, ketimbang dengerin omongan org hehe.
    Bagus ya acaranya, jd memperkaya wawasan kebangsaan TFS :D

    BalasHapus