Tak Perlu Malu-Malu, Mari Berterima Kasih

16.31

Hari sangat terik siang itu. Sambil mengusap keringat di kening, aku berjalan linglung.
Beberapa hari ini pikiranku kacau. Saking kacaunya, aku yang hobi makan ini disuguhi makanan seenak apapun didepan mata pun, jadinya tak ada selera makan. Serius nggak selera. Kalau cuma dikit.

Selama ini aku selalu enak-enakan minta uang ini itu ke orang tuaku. Nggak pernah mau tau, mereka lagi ada uang apa nggak. Semua keinginan harus dipenuhi. Saklek. Kalo sampai nggak diturutin, pokoknya bakal ngambek sampai dapat. fufufu

Iya itu aku yang dulu. Aku yang sebelum tau gimana susahnya nyari duit.
Dulu yang mau apa-apa tinggal minta, kini setelah kerja, kudu bisa susah payah berhemat dan nabung demi beli barang yang diinginkan. Semuanya jadi serba susah.

Belum lagi aku yang sok-sokan ikut kelas ---kuliah--- segala macem. Dengan gaji yang tak seberapa, ternyata buat memenuhi kebutuhan sendiri aja aku kesusahan. Terus apa kabar aku yang selama ini seenaknya minta duit ke orang tua? Untung ya nggak dibuang ke Korea Selatan jadi manajer-nya Super Junior karena dianggap durhaka >.<

Sampai kemudian aku terjebak. Ditengah banyak-banyaknya pengeluaran dan keperluan, pendapatan bulananku kali ini ternyata nggak cukup buat bayar ini itu. Aku gundah. Aku butuh uang, tapi tak tau harus pinjam kemana. Sempat terpikir buat pinjam uang ke sahabatku. Tapii... pada saat yang sama, sebelum aku sempat menceritakan kegundahanku, sahabatku ini ternyata juga lagi dirundung masalah. Hikss... itu artinya aku nggak bisa pinjam uang ke dia.

Sempat terpikir untuk pinjam uang ke orang tuaku. Tapi..aku malu. Aku pasti bakal diledekin habis-habisan. Harga dirikuuu T___T

Ditengah hati yang tengah gundah, mataku tiba-tiba tertumbuk pada sekotak merah di ujung kamar. Kotak kecil tempat aku menyimpan beberapa barang berharga. Termasuk surat cinta masa lalu. *halah*
Sontak aku teringat, aku punya sedikit perhiasan disana. Barangkali jika aku jual, aku bisa dapat duit untuk menutupi kebutuhanku saat ini. Tanpa buang-buang waktu, segera saja aku bergegas mengantongi beberapa perhiasanku itu untuk dibawa ke toko emas. 

Sampai di toko emas, aku tiba-tiba saja merasa waswas. Ini mungkin akan jadi tindakan yang sangat aku sesali di kemudian hari, jika aku benar-benar menjual emas ini. Barangkali ini bukanlah jumlah yang sangat banyak. Tapi perhiasan ini, perhiasan kesayangan yang selama ini aku simpan baik-baik.

Aku gontai. Niat awal ingin ke toko emas pun pudar. Aku berbalik mengendarai motorku tak tentu arah. Hingga dahaga menggerogoti tenggorokanku. Kuputuskan menuju ke minimart untuk sekadar membeli air minum. 

Beberapa meter saja sebelum aku sampai di minimart yang aku tuju, aku melihat tulisan Pegadaian tepat didepan mata. Pegadaian. Otakku mencoba mencerna sesuatu. Pegadaian.

sumber: wikipedia
Celingak-celinguk, aku memperhatikan kanan-kiri. Memastikan tak ada satu orangpun yang aku kenal melihatku masuk ke dalam. Entah kenapa, aku mendadak merasa malu harus masuk kesini. Apa aku saja yang seperti ini?

Seorang security menyambut kedatanganku dengan ramah. Senyum hangatnya tak sempat aku balas karena saking sibuknya meyakinkan hati, bahwa ini bukanlah hal yang memalukan.

Dengan terbata-bata dan malu-malu, aku menyampaikan keinginanku untuk melakukan gadai emas. Aku kira, para pegawai disana akan memandangku dengan pandangan meremehkan. Namun ternyata semua itu tak kudapati. Mas-mas pegawai pegadaian di Cabang Dharmawangsa, Surabaya ini menyambutku dengan ramah dan menyenangkan. Syukurlah.

Perlahan-lahan rasa cemas dan ketakutanku tadi pun menghilang. Rasa malu yang tadinya mengganjal pun, mendadak menguap. Aku senang akhirnya bisa mendapatkan jalan keluar untuk permasalahanku saat ini. Terlebih karena ternyata prosesnya pun nggak ribet dan nggak memakan waktu lama.  Dalam waktu 15 menit, beberapa lembar uang pun berpindah tangan ke dompetku.


Setelah urusanku selesai, aku mengambil segelas air mineral yang disajikan sembari sedikit berbincang-bincang dengan Mas Dadang, sang pahlawan penolong dari Pegadaian. Haha. Rupanya tak hanya melayani Pegadaian Emas, Pegadaian pun melayani Tabungan Emas loh! Sepertinya setelah ini aku harus benar-benar pandai berhemat untuk menebus kembali perhiasan emasku, dan ikutan tabungan emas buat investasi disini.

Sepulangnya, iseng-iseng aku pun cari tau informasi lebih detail tentang Pegadaian. Siapa sangka, pegadaian ternyata juga punya aplikasinya di smartphone. Maka tanpa pikir panjang, aku pun segera saja download dan install aplikasinya di smartphone kesayanganku.


Tak hanya itu, ternyata selain membantu untuk urusan gadai-menggadai, Pegadaian juga punya aneka jasa layanan lainnya loh. Contohnya nih yaa.. di Pegadaian Mobile, juga bisa dipakai buat pembelian pulsa, bayar PDAM, bayar TV kabel dan lain sebagainya. Waahh.. enaknyaaaaa.

Bahkan kabar gembiranya lagi nih, kita juga bisa berwirausaha bareng sama Pegadaian loh. Lumayan nih buat solusi biar dapat penghasilan tambahan kan...
sumber: pegadaian mobile
Langit terlihat sangat cerah. Aku keluar dari bangunan yang identik dengan nuansa putih - hijau ini dengan hati riang. Rasanya tak perlu malu-malu lagi untuk menginjakkan kaki di Pegadaian. Lebih baik mari kita berterima kasih pada Pegadaian yang telah membantu memecahkan masalah :)

You Might Also Like

4 comments

  1. Kyah... parno juga sih pas denger ato baca kata pegadaian. Tapi begitu udah kenal, bener2 bisa mecahin solusi keuangan ya mbak... ^_^
    Salam kenal dri bumi Jember ya mba ^_^

    BalasHapus
  2. Wahhh... Saya kayaknya harus memberanikan diri juga mba... benar2 solutif ya pegadaian ini.

    BalasHapus
  3. wah congrats ria. Pantes juaraaaaaa!! emang top (y)

    BalasHapus