Surat Untuk Ayah

13.18

Hai Ayah, sedang apa sekarang?
Hari ini jadwal Ayah buat kontrol ke dokter ya? Eh atau aku salah ya bukan hari ini?
Aku bingung harus mendoakan Ayah agar cepat sembuh atau semakin hari semakin kuat. Aku sedih kalau lihat Ayah batuk-batuk atau mulai ada gangguan pernafasan lagi. hehe...aku kayak bohong ya? selama ini aku kan kayak cuek nggak peduli gitu kalau Ayah batuk-batuk.

Ayah... tau nggak kalau hari ini adalah Hari Ayah?
Hih ayah mah selalu ngirain aku bercanda kalau bilang, "Selamat Hari Ayah". Kayak yang tahun kapan itu, aku pernah kirim sms ucapin Selamat Hari Ayah bla bla bla, eh malah Ayah bilang, "Hahaha..mana ada hari ayah? Ada-ada aja...". Lah?

Beneran ada Hari Ayah Nasional loh, yah! Diperingatinya tiap 12 November di Indonesia. Tapi kurang nge-tren ya? iyalah belum diresmikan ini (kayaknya) :D

Ayah.. anakmu ini punya berjuta-juta kata yang ingin disampaikan loh. Tapi aku malu kalau harus ngomong langsung. Jadi aku tulis di blog aja yaa, kali aja kapan gitu Ayah kebetulan baca-baca blogku dan baca tulisan ini. Kan Ayah sekarang sudah bisa buka-buka internet dari smartphone. Sudah bisa baca-baca berita tanpa perlu langganan koran lagi. Seneng deh lihat Ayah ikutan kekinian gini :)))

Ayahku yang tercinta,
Kalau aku bilang terima kasih atas segala perjuangan, kasih sayang, dan pengorbananmu selama ini, aku bakal dianggap drama nggak? Aku tahu, Ayah kan bukan orang yang suka mengekspresikan perasaan dan kaku. Tapi beneran deh, yah! Aku beruntung banget lahir sebagai anak Ayah. Katanya, kita tidak bisa memilih ya mau lahir dari orang tua yang mana? Tapi menurutku, kita bisa menentukan kok mau --merasa-- jadi anak yang beruntung atau tidak telah dilahirkan di keluarga itu. dan tentu saja, aku merasa beruntung sekali dong lahir sebagai anak Ayah yang hebat ini B-)

Ayah, ayah pernah nggak ngerasa bangga sama aku? Pernah nggak ngerasa bahagia karena aku? Sekali ajaaa.. pernah nggak sih, yah?
Rasa-rasanya selama ini aku belum pernah bisa bikin Ayah bahagia apalagi bangga deh. Yang ada aku malah sering bikin ayah sedih, kuatir, cemas dan susah mulu. Tapi...tapii... meski begitu, Ayah nggak nyesel kan punya anak kayak aku? *kedip-kedip unyu sambil pijitin*

Ayahku yang paling hebat sepanjang jaman...
Sejak lulus sekolah tingkat dasar, Ayah sudah mengajarkan aku hidup mandiri di perantauan. Ayah dan Ibu yang bikin aku jadi wanita kuat dan tangguh seperti sekarang ini. Dulu aku sering iri kalau lihat sepupu-sepupu atau orang lain masih bisa tinggal serumah dengan orang tua mereka tanpa harus repot-repot merantau. Dulu aku sering gondok sendiri kalau waktu liburan di rumah sudah habis, dan aku sudah waktunya untuk kembali ke perantauan. Aku kan masih ingin di rumah, masih ingin ketawa-ketiwi, masih ingin manja-manjaan sama Ayah dan Ibu :(
Tapi... berkat sikap teguh dan keras Ayah & Ibu yang tidak luluh dengan rengekanku, aku sekarang jadi biasa hidup sendiri. Merantau dan tinggal diluar kota, bahkan tinggal di Ibu Kota kemarin, bukanlah hal yang berat buatku. Semuanya berkat Ayah & Ibu.

Ayahku yang kuat, sabar dan tegar...
Sejak aku kecil hingga sekarang, baru sekali doang loh aku melihat Ayah menangis. Itu waktu musibah menimpa kita, dan Ibu harus dioperasai. Iya Ayah, itu pertama kalinya aku lihat Ayah menangis. Ayah yang sudah sangat kurus, terlihat semakin ringkih. Tapi tenang saja yah, meski aku melihat Ayah menangis, tidak lantas membuat Ayah jadi terlihat cengeng dan lemah dimataku kok. Justru aku semakin kagum dan sayang sama Ayah!

Omong-omong, aku jadi ingat waktu Ayah kecelakaan bareng Kakek dulu. Itu aku masih sekolah dasar ya? Aku masih begitu kecil dan belum mengerti apa-apa. Aku cuma ingat, waktu itu malam hari aku dan ibu di rumah, menunggu Ayah pulang kondangan. Tau-tau ada yang memberi kabar, bahwa Ayah kecelakaan. Aku cuma bertanya-tanya dan memeluk ibu yang menangis di teras rumah dengan tetangga dan sanak saudara kita berkumpul disana.
Selebihnya aku tidak ingat apa-apa lagi tentang kejadian itu.
Tapi sampai saat ini jika teringat hal itu, aku merasa begitu bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan yang masih berkenan memberi umur pada Ayah hingga saat ini. Entah akan seperti apa ceritanya jika saat itu Ayah tidak terselamatkan. Ah, sudahlah. Tidak perlu diomongin lagi yaa.. :')

Tapi terima kasih Ayah masih disini hingga saat ini.  Menyaksikan putri kecil Ayah yang dulu sering Ayah gendong kini sudah tumbuh dewasa.

Ayahku yang bukan hanya panutan bagi anak-anaknya...
Aku sayang Ayah. Amat. Sangat.
Maafkan aku tidak pernah menunjukkan secara langsung bagaimana cintanya aku pada Ayah.
Maafkan aku belum bisa membuat Ayah bangga dan bahagia hingga detik ini.
Maafkan aku karena belum bisa menjadi seperti apa yang Ayah harapkan.
Maaf jika aku masih sering membuat susah dan mengeluhkan ini itu pada Ayah.
Dan...
Maaf belum bisa membawakan menantu yang sholeh, yang baik, pintar seperti yang Ayah harapkan. Doakan saja ya, Ayah! Tuhan sedang menyiapkan jodoh yang sempurna dan baik dunia akhirat untuk putri tersayangmu ini :)

Satu hal lagi yang belum pernah aku sampaikan pada Ayah hingga saat ini. Aku punya impian besar, yah!
Aku ingin suatu saat menulis buku tentang Ayah. Buku biografi mungkin? Yaah...apalah jenisnya.
Yang penting, buku itu akan menceritakan tentang Ayah. Karena aku ingin seluruh dunia tau bagaimana sosok orang tua hebat yang telah mendidikku dengan begitu baik. Barangkali bukunya nanti bisa menjadi inspirasi bagi orang lain? hahaha... aku jadi sering punya ide-ide aneh gara-gara Ayah juga nih. Pasti ketularan dari isi otak Ayah yang luar biasa ini deh :D

Sudah dulu ya, Ayah buat suratnya kali ini. Lain kali aku bikin tulisan lagi buat Ayah deh :)

Ps: Eh Yah... ke beribadah ke Tanah Suci bareng yukk! yuk! *ngerengek buat yang ke sejuta kalinya*

You Might Also Like

1 comments

  1. "beribadah ke Tanah Suci bareng yukk! yuk! *ngerengek buat yang ke sejuta kalinya* "

    Aminnnn neng, smg bisa ibadah bareng sm klrg ya :*

    BalasHapus